Tentang Nama

Masiroh
4 min readMay 25, 2022

--

Baru-baru ini, pemerintah mengeluarkan aturan baru dalam hal nama warga negara di KTP yang mana salah satu poinnya adalah nama minimal dua kata. Aturan baru ini tengah ramai dibicarakan oleh masyarakat di media sosial. Banyak masyarakat yang mendukung aturan tersebut dengan alasan bahwa aturan ini bagus untuk mengatur ketertiban masyarakat dalam memberikan nama ke anak-anaknya dan akan mempermudah proses administrasi serta menghindari kesewenang-wenangan orang tua yang suka memberi nama nyeleneh untuk anaknya.

Ngomong-ngomong soal nama, aku sendiri sangat setuju dengan aturan tersebut karena aku telah merasakan enak dan tidaknya memiliki nama yang begitu singkat dan hanya terdiri dari satu kata.

Seumur hidup, aku sudah berkali-kali menemui orang yang mengerutkan dahinya ketika berkenalan denganku untuk pertama kalinya. Hal itu tidak lain dan tidak bukan karena namaku yang begitu singkat dan terdengar seperti nama laki-laki.

“Hai salam kenal, namaku Masiroh”

Sambil mengernyitkan dahinya, terkadang lawan bicaraku kembali bertanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

“Ha? Maaf boleh diulang?”

Biasanya, lawan bicaraku ini akan mengangguk-angguk setelah aku menyebutkan namaku untuk yang kedua kalinya.

Singkat ya?

Ketika duduk di bangku sekolah dasar, aku pernah protes dan bertanya-tanya kepada ibuku kenapa namaku Masiroh? Hanya Masiroh tanpa awalan maupun akhiran, singkat, dan seperti nama laki-laki. Tentunya aku bertanya bukan tanpa alasan. Aku sering diejek oleh temanku karena namaku berawalan Mas. Mereka sering meledekku dengan memanggilku Mas. Meskipun aku tahu bahwa itu hanya sekadar candaan bocil, terkadang tetap ada rasa kesal di hati karena ejekan itu. Aku juga tidak jarang merasa iri dengan teman-temanku yang memiliki nama panjang dan cantik. Akan tetapi, tidak banyak yang bisa kulakukan dengan namaku ini.

Pernah beberapa kali aku bertanya kepada ibuku alasan mengapa aku diberi nama Masiroh, tetapi tak jarang pertanyaan itu tidak pernah terjawab karena ibuku sendiri mengatakan bahwa beliau pun tidak tahu karena urusan memberi nama anak adalah sepenuhnya urusan ayahku. Pernah juga aku bilang bahwa tidak apa-apa namaku hanya satu kata dan seperti nama laki-laki, tetapi setidaknya aku ingin tahu apa arti dari namaku. Ibuku kembali mengatakan bahwa beliau tidak tahu pasti karena hanya ayahku yang berkonsultasi dengan Kiai di desaku ketika hendak memberi nama padaku. Jadi, kembali lagi itu hanya ayahku yang tahu pasti. Ibuku bilang, yang penting kata pak kiai namaku memiliki arti yang bagus, titik.

Saking seringnya mendapat ejekan oleh teman-temanku gara-gara nama ini, aku hanya memilih untuk diam atau menyahut ala kadarnya ketika mereka memanggilku dengan kata Mas. Sejujurnya aku paham bahwa mereka hanya bercanda dengan hal itu, tetapi tetap saja ada rasa kesal di hati ketika dipanggil Mas. Akan tetapi, ya sudahlah, memang kenyataannya namaku mengandung unsur Mas, bukan?

Perlahan, aku mulai menerima apa adanya namaku. Anggap saja nama ini merupakan nama pembawa hoki karena telah begitu banyak hal-hal baik yang terjadi padaku selama aku menyandang nama ini.

Meski sudah berusaha legowo dengan nama Masiroh, terkadang ada saat-saat di mana aku kembali merasa deg-degan dengan nama ini. Ya betul, tidak lain dan tidak bukan adalah ketika memasuki lingkungan baru yang mengharuskanku memperkenalkan diri, misalnya saat baru masuk kuliah. Ketika masa awal kuliah pasti aku akan berkenalan dengan teman-teman baru. Di saat itulah terkadang aku merasa kembali was-was.

Apa yang akan mereka pikirkan ketika mendengar namaku?

Tuhan, tolong aku.

Lebay

Paling kesan pertama mereka setelah mendengar namaku tidak jauh-jauh dari pertanyaan seperti namanya Masiroh aja?, Singkat banget, wah unik ya, dan sebagainya. Aku hanya bisa tersenyum ketika mendengarnya.

Ada lagi kisah yang berkaitan dengan nama di awal perkuliahan. Pas awal kuliah, salah satu dosen memberikan tugas untuk menulis nama beserta artinya dalam sebuah paragraf. Seperti yang telah kukatakan sebelumnya bahwa aku sekeluarga tidak ada yang tahu pasti apa arti namaku. FYI, kenapa aku tidak bertanya pada ayahku? Jadi aku dan ayahku itu LDR, aku di bumi, ayahku di langit. Jadi, agak susah untuk bertanya ya guys ya. Oleh karena itu, aku mencoba mencari arti namaku di internet dan ketemulah artinya. Akan tetapi, aku juga tidak tahu benarkah itu arti yang sebenarnya? Entahlah, yang penting tugasku selesai.

Ada lagi kisah kedua. Saat itu, aku sedang mengobrol dengan teman baruku di kampus. Kemudian, dia bertanya apakah namaku memang hanya satu kata? Lalu kujawab benar memang hanya satu kata. Kemudian, dia kembali mengatakan bahwa nama yang hanya satu kata itu mungkin akan sedikit ribet jika suatu saat aku akan membuat paspor. Aku yang saat itu baru tahu pun bertanya mengapa bisa ribet? Temanku bilang bahwa syarat membuat paspor itu namanya harus tiga kata. Kalau aku ingin membuat paspor, jalan yang bisa ditempuh mungkin dengan mencantumkan nama orang tuaku serta nama kakekku. Ternyata perkara nama ini sedikit panjang juga ya.

Akan tetapi, nama yang singkat ini tidak selamanya buruk untukku. Banyak juga poin plus yang aku dapatkan dengan nama singkatku ini, salah satunya yaitu namaku menjadi mudah diingat oleh sebagian orang. Kalaupun aku ingin namaku menjadi panjang, bisa saja aku mengusahakannya dengan menambahkan gelar baik di depan, belakang, atau keduanya sekaligus. Mau satu gelar, dua gelar, tiga gelar, bahkan tujuh gelar juga bisa-bisa saja, ya kan? Hehehe, aamiin Ya Allah.

#harikeduapuluhlima #menuliskreatif

--

--